Menurut freud identitas sudah ditentukan dan terbentuk sejak anak-anak saat berusia 5 atau 6 tahun. Namun Erikson membantah pendapat Freud. Erikson berpendapat bahwa pembentukan identitas merupakan proses yang dapat berlangsung seumur hidup.
Menurut Erikson kepribadian (terutama berfokus pada identitas) berkembang melalui 8 tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap (yaitu kepribadiannya) tergantung dari hasil tahapan sebelumnya dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah penting bagi individu untuk dapat tumbuh secara optimal.
Erikson menggunkan tahapan psikoseksual milik Freud sebagai dasar teorinya dan 5 tahapan pertamanya memang mencerminkan krisis ego yang berhubungan dengan tahapan Freud ajukan.
Berikut adalah 8 tahapan Erikson yang sering disebut sebagai tahapan psikososial.

TAHAPAN PSIKOSOSIAL
PERIODE PERKEMBANGAN
TAHAPAN FREUD
KETERAMPILAN EGO YG DIPEROLEH
DESKIRIPSI
Rasa Percaya
VS Rasa Tidak Percaya
Lahir – 1 tahun
Oral
Harapan
Dengan pengasuhan hangat dan peka, bayi memiliki kepercayaan diri atau keyakinan bahwa dunia itu baik.
Rasa tidak percaya muncul bila bayi harus menunggu terlalu lama untuk bisa merasakan kenyamanan dan bila diperlakukan dengan kasar.
Jika krisis ego dalam tahap ini tidak terselesaikan individu akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya.
Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu
1-      3 tahun
Anal
Kemauan
Dengan menggunakan keterampilan mental dan motorik baru, anak-anak ingin memilih dan memutuskan sendiri.
Orangtua bisa mendorong otonom dengan memberikan banyak pilihan bebas sewajarnya dan tidak memaksa atau membuat malu si anak
Hasil yang sukses dalam tahap ini akan menghasilkan anak yang dapat membedakan antara benar dan salah dan hampir selalu mau memilih yang “benar”.
Inisiatif VS Rasa Bersalah
3-      6 tahun
Phallic
Tujuan
Anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan tidakannya. Anak juga belajar bahaimana bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Jika tahapan ini tidak berhasil membuat anak takut untuk mengejar mimpinya dan anak tidak mampu mengambil inisiatif atau keputusan menyebabkan anak merasa rendah diri, dsb.
Produktif VS Inferioritas
6 - 11 tahun
Laten
Kompetensi
Anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas-tugasnya (akademis). Jika dalam tahapan ini sukses akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasinya. Namun apabila sebaliknya anak merasa inferior (seolah tidak mampu menemukan solusi positif)
Identitas VS Kebingungan Peran
Remaja
Genital
Kesetiaan
Remaja berupaya menjawab pertanyaan, “siapa aku, dan apa peranku di tengah masayarakat?” dengan menggali nilai dan tujuan kerja, anak muda membentuk identitas pribadi mereka.
Hasil negatifnya adalah krisis identitas – seseorang yang tidak yakin siapa dirinya dan yang selalu berusaha keras untuk mencari tahu siapa dirinya.
Keintiman VS Kesendirian
Dewasa Awal
Tidak Ada
Cinta
Para orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara mendalam.  Mereka berusaha menjalin hubungan akrab dengan orang lain. Oleh karena itu kekecewaan yang pernah dirasakan sebelumnya, beberapa individu tidak bisa membangun hubungan akrab dan tetap terasing.
Generativitas VS Stagnasi
Dewasa Tengah / Madya
Tidak Ada
Perhatian
Individu mulai menyerahkan dirinya pada orang lain, terkadang dalambentuk membesarkan dan mengasuh anak  atau melalui kerja produktif. Pribadi yang tidak mampu berbuat seperti itu merasa tidak memiliki pencapain berarti.

Integritas Ego VS Keputusasaan
Dewasa Akhir
Tidak Ada
Kebijaksanaan
Orang usia lanjut merenungkan jenis pribadi seperti apa mereka saat ini. Integritas muncul dari perasaan bahwa hidup itu pantas untuk dijalani. Mereka yang merasa tidak puas dengan hidup mereka yang terus dihantui oleh perasaan takut akan mati.








Harry Stack Sullivan di lahirkan disuatu daerah pertanian dekat Norwich, New York, pada tanggal 21 Februari 1892, dan meninggal pada tanggal 14 Januari 1949 di Paris. Ia meraih gelar dokternya dari Chicago College of Medicine and Surgery pada tahun 1917, dan bekerja pada angkatan bersenjata selama perang dunia I. Pada tahun 1922 ia pergi kerumah sakit Santa Elizabeth di Washington D.C, dimana ia berada pengaruh William Alanson White seorang pakar dalam ilmu neuropsikiatri di Amerika. Harry stack Sullivan menekankan bahwa kepribadian semata-mata merupakan suatu hipotesa, “sebuah ilusi”, yang tidak dapat diselidiki atau diamati secara terpisah dari situasi interpersonal. Kontek Harry S Sullivan yang dipelajari konteks atau situasi interpersonalnya bukan person manusianya. Bagian dari kepribadian lebih banyak dari kejadian-kejadian interpersonal dari pada kejadian-kejadian intrapsikis. Kepribadian merupakan suatu pusat dinamika, bermacam-macam proses yang terjadi dalam suatu seni interpersonal. Dinamika merupakan suatu karakter manusia, dinamika memberikan watak kepada hubungan interpersonal seseorang. Kebanyakan dinamika mempunyai tujuan untuk memuaskan kebutuhan dasar organis. Namun ada suatu dinamika penting yang berkembang menjadi hasil dari keinginnan /kecemasan dinamika ini disebut “the dynamisn of the self on “the self-system).

Konsep-Konsep Dasar

1.      Teori Kepribadian Sullivan

Sulivan adalah pencipta pandangan baru yang terkenal dengan nama interpersonal   theory of psychiatry. Ajaran pokoknya teori ini dalam hubungannya dengan teori kepribadian ialah bahwa kepribadian adalah “pola yang relative menetap dalam situasi-situasi antar pribadi yang berulang yang menjadi ciri kehidupan seorang manusia”. Kepribadian merupakan suatu etnis hipotesis yang tidak dapat dipisahkan dari situasi-situasi  sosial yang dapat dinikmati sebagai kepribadian Sullivan tidak menyangkut pentingnya hereditas dalam membentuk dan membangun organisme, namun ia berpendapat bahwa apa yang khas manusiawi merupakan produk dari interaksi-interaksi sosial.


2.      Struktur Kepribadian

Sullivan memiliki ketegasan dalam konteks kepribadian, ia cenderung merendahkan id-ego-superego, yang membuat kepribadian menjadi statis/stabil. Sullivan memberikan gambaran yang penting tentang struktur kepribadian yang nyat-nyata stabil dalam waktu lama yaitu: dinamisme, personifikasi, istem self, dan proses kognitif.

1.      Dinamisme (The Dynamism)

Dinamisme adalah pola khas tingkah laku yang menetap dan berulang kali terjadi dan menjadi cirri khusus seseorang. Transformasi energy bisa bersifat terbuka atau bersifat tertutup. Dinamisme merupakan pola yang spesifik dan berulang dari tingkah laku yang mejadi cirri khas seseorang. Dinamisme yang menjadi pembeda antar manusia tidak berhubungan dengan bagian tubuh, tetapi menjadi cirri khas hubungan natar pribadi. Suatu kebiasaan bagaimana mereaksi orang lain, baik dalam bentuk perasaan, sikap mapun tingkah laku yang terbuka.

2.      Personofikasi (Personification)

Personifikasi adalah gambaran mengenai diri atau orang lain yang dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau kecemasan. Hubungan interpersonal yang member kepuasan cenderung membangkitkan image-positif, sedangkan interpersonal yang melibatkan kecemasan akan membangkitkan image-negatif.






Erich  Fromm, seperti Alfred Adler dan Karen Horney, berpendapat bahwa kita tidak hanya dipengaruhi dan dibentuk oleh kekuatan naluri biologis kita, seperti yang dikemukakan oleh Fromm. Oleh karena itu, Fromm mengemukakan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya .
Penekanan Fromm pada faktor sosial dari kepribadian lebih luas daripada Adler dan Horney. Kita bisa katakan bahwa Fromm mencakup pandangan yang lebih luas pada perkembangan kepribadian daripada teori–teori lainnya, hal ini disebabkan oleh mengutamakan aspek sejarah. Dia menjelaskan bahwa kita dapat menemukan kejadian–kejadian sejarah pada akar dari kesepian, keterasingan dan terabainya seseorang. Untuk menemukan tujuan dalam hidup, kita perlu menghilangkan perasaan–perasaan terasing dan mengembangkan perasaan saling memiliki. Sebaliknya, meningkatnya kebebasan yang kita dapatkan dapat meningkatkan kesendirian dan keterasingan kita. Terlalu banyak kebebasan bisa menjadi sebuah jebakan sehingga menyebabkan kondisi yang tidak baik, yang mana sebaiknya kita cegah.
Fromm meyakini bahwa konflik pribadi yang kita alami berasal dari masyarakat yang kita bangun bersama. Fromm juga optimis mengenai kemampuan kita untuk mengembangkan karakter kita dan menyelesaikan masalah kita sendiri – masalah yang diciptakan oleh masyarakat kita. Kita tidak saja menerima imbas dari pengaruh sosial sebagai penentu dari kepribadian kita dan masyarakat. Fromm adalah seorang psikoanalisis, filsuf, sejarahwan, dan budayawan. Fromm  mengumpulkan banyak data diluar jangkauan psikoanalisa dan menawarkan pemahaman yang unik mengenai interaksi antara sifat–sifat alami manusia dengan masyarakat.

Konsep-Konsep Dasar
Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Tipologi Sosial
Fromm membagi sistem struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter  sosialnya:
1.   Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan. Karakter sosial masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan kekejaman sangat jarang terjadi, tidak didapati hukuman fisik yang merusak. Upaya kerja sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai.
2.  Sistem B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki unsur dasar tidak destruktif, meski bukan hal yang utama, masyarakat ini memandang keagresifam dan kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki merupakan hal yang lazim ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki kelemah-lembutan, dan saling percaya.

3. Sistem C, yaitu masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif, agresif, kebrutalan, dendam, pengkhianatan dan penuh dengan permusuhan. Biasanya pada masyarakat seperti ini sangat sering terhadi persaingan, mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam bentuk materi berupa mengunggulkan simbol.